EFEK
HALL
A.
Sejarah Efek Hall
Pertama
kali efek hall ditemukan oleh Dr. Edwin Hall pada tahun 1879 ketika beliau
sedang mengambil gelar doktoralnya di Universitas Johns Hopkins di Baltimore.
Dr. Hall menemukan bahwa jika sebuah magnet diletakan dan medan magnet tersebut
tegak lurus dengan suatu permukaan pelat emas yang dialiri arus, maka timbul
beda potensial pada ujung-ujung yang berlawanan. Beliau menemukan bahwa
tegangan yang terjadi sebanding dengan besarnya arus yang mengalir dan densitas
fluks atau induksi magnet yang tegak lurus tehadap pelat. Walaupun eksperimen
Hall berhasil dan dapat diterima pada saat itu, belum ada aplikasi yang
menggunakan efek hall sampai 70 tahun setelahnya.
Efek
hall adalah suatu peristiwa berbeloknya aliran listrik (elektron) dalam pelat
konduktor karena adanya pengaruh medan magnet. Ketika ada arus listrik yang
mengalir pada devais efek hall yang ditempatkan dalam medan magnet yang arahnya
tegak lurus arus listrik, pergerakan pembawa muatan akan berbelok ke salah satu
sisi dan menghasilkan medan listrik. Medan listrik terus membesar hingga gaya
Lorentz yang bekerja pada partikel menjadi sama dengan nol. Perbedaan potensial
antara kedua sisi devais tersebut disebut potensial hall. Potensial hall ini
sebanding dengan medan magnet dan arus listrik yang melalui devais. Berarti
dalam menentukan besar potensial hall sangatlah bergantung pada besarnya medan
magnet yang mengalir dalam rapat arus I yang dilewatkan dalam bahan konduktor.
Konstanta
hall pada setiap bahan akan berbeda termasuk pada perak dan wolfram, konstanta
hallnya akan berbeda. Dan adapun yang menyebabkan harga konstanta hall perak
dan wolfram berbeda adalah karena jenis pembawa muatan yang berbeda, jika perak
jenis pembawa muatannya adalah positif (hole) sedangkan wolfram jenis pembawa
muatan negatif (elektron).
Gaya pada muatan bergerak
dalam sebuah konduktor yang berada dalam medan magnet
diperagakan oleh efek hall yakni sebuah efek yang analog dengan pembelokan transversal
dari sebuah sinar elektron dalam sebuah medan magnet dalam ruang hampa.
B.
Prinsip Kerja Efek Hall
Gaya
Lorentz adalah prinsip kerja utama dari efek hall. Sebuah penghantar konduktor
berbentuk pelat dialiri arus I, seperti pada gambar 1 telihat bahwa muatan
positif begerak ke arah kanan menuju kutub negatif dari sumber arus, sedangkan
muatan negatif bergerak lurus ke arah kiri menuju kutub positif sumber arus.
Oleh karena itu tidak ada beda potensial pada ujung-ujung pelat konduktor. Bila
pelat penghantar diberi medan magnet, sepeti pada gambar 2, yang arahnya tegak
lurus arus ke arah dalam, maka muatan pada pelat konduktor akan mengalami gaya
Lorentz sebesar . Muatan positif akan
mengalami gaya Lorentz ke arah atas seperti gambar 2 (a), maka pada bagian atas
pelat konduktor seolah-olah akan berjajar muatan positif (kutub positif),
sedangkan muatan negatif akan mengalami gaya Lorentz ke arah bawah seperti
gambar 2 (b), maka pada bagian bawah pelat konduktor seolah-olah akan bejajar
muatan negatif (kutub negatif). Oleh karena itu akan timbul medan listrik dan
beda potensial pada penghantar. Besarnya beda potensial ini merupakan tegangan
hall (VH) nilai VH ini dapat dinyatakan dengan:
dengan:
I = Arus listrik yang mengalir pada konduktor
(Ampere)
B = Besarnya medan magnet (Tesla)
n = Densitas muatan
q = Besarnya muatan (Coloumb)
W = Tebal pelat penghantar (Meter)
Semua
peralatan efek hall diaktifkan oleh adanya medan magnet. Medan magnet mempunyai
dua karakteristik yang penting yaitu densitas fluks dan polarita. Kebanyakan
dari saklar digital efek hall dirancang akan mati jika tidak ada medan magnet
(rangkaian terbuka pada keluaran). Saklar akan aktif jika hanya dikenai medan
yang memiliki densitas yang cukup dan arah yang tepat.
Untuk
mengoprasikannya, garis fluks magnet harus tagak lurus pada permukaan paket
sensor, dan harus memiliki polaritas yang tepat. Salah satu contoh sensor efek
hall adalah IC efek hall dengan tipe UGN3503 yang merupakan tipe sensor efek
hall linier. IC ini memiliki tiga pena komponen inetrnal yang terdiri dari
elemen sensor efek hall, amplifier dan buffer, semuanya dalam satu chip. Sensor
ini memberikan tegangan keluaran yang sebanding dengan densitas medan magnet.
Keluaran sensor pada saat medan magnet masukkannya 0 gauss adalah setengah dari
Vcc. Untuk medan positif (kutub selatan), semakin besar medan maka
tegangan keluarannya juga semakin besar dan untuk medan negatif (kutub utara)
semakin besar medan maka tegangan keluarannya akan semakin kecil.
Tegangan
hall adalah tegangan low-level signal
yaitu 30 mV dalam keadaan ada medan magnet sebesar 1 gauss. Oleh karena itu
dalam aplikasinya dibutuhkan amplifier untuk menguatkan sinyal tegangan hall
agar bisa diproses ke tahap berikutnya seperti ADC (analog to digital converter).
Jika pembawa muatan adalah elektron maka muatan lebih negatif menumpuk di sisi
atas plat dan meninggalkan muatan
lebih positif di sisi bawah, sampai gaya elektrostatik transversal F-zc=eE
dalamkonduktor sama dengan gaya magnetik Fz. Karena arus transversal
akhir sama dengan nol, maka konduktor itu berada pada ”rangkaian terbuka”
dalam arah transversal, dan beda potensial antara tepi-tepi lempeng, yang dapat
diukur dengan potensiometer, sama dengan ggl hall dalam lempeng. Penelitian
tentang ggl hall ini banyak menghasilkan penjelasan mengenai proses konduksi. Terbukti bahwa untuk logam, tepi atas
lempeng menjadi bermuatan negatif relatif terhadap tepi bawah, yang menguatkan
keyakinan kita bahwa yang membawa muatan dalam logam ialah elektron negatif.
C.
Analog Output Sensor
Adanya
kutub medan magnet yang berbeda menyebabkan output dari amplifier berbeda pula,
bisa positif dan negatif. Oleh karena itu dibutuhkan power supply positif dan negatif. Untuk menghindari kebutuhan dari power supply ini, maka nilai offset atau bias dibuat alam
differensial amplifier. Ketika tidak ada medan magnet output tegangan tidak
sama dengan nol, ini disebut sebagai null
voltage. Nilai inilah yang menjadi standar nol dari sensor hall. Ketika ada
medan magnet positif, tegangan output naik dari null voltage. Sebaliknya, ketika ada medan magnet negatif, tegangan
output menurun dari null voltage,
tetapi sisanya positif. Kanaikan atau penurunan arus adalah linier.
D.
Akibat Adanya Arus Dalam Kawat Lurus
Satu
bulan setelah Oersted mengumumkan penemuannya bahwa jarum kompas disimpangkan
oleh arus listrik, Jean Baptiste Biot dan Felix Savart mengumumkan hasil-hasil
pengukuran mereka tentang gaya pada magnet di dekat kawat panjang yang membawa
arus listrik dan menganalisis hasil ini terhadap besaran medan magnetik yang
dihasilkan oleh setiap elemen arus tadi. Andre Marie Ampere memperluas
percobaan ini dan menunjukan bahwa elemen arus juga mengalami gaya ketika
berada dalam medan magnetik dan bahwa dua arus akan saling memberikan gaya.
Arah
medan magnetik elemen di P akibat elemen
ini adalah arah dari . Medan magnetik akibat
seluruh elemen arus kawat tersebut kawat berada dalam arah yang sama. Medan
akibat elemen arus yang ditunjukan gambar 5 memiliki besaran;
Untuk
mendapatkan nilai medan magnet total akibat elemen arus pada titik P, maka
dilakukan operasi integral pada rumusan di atas. Dengan menggunakan modifikasi
matematika diperoleh nilai total medan magnet di titik P adalah sebagai
berikut:
Pada
sembarang titik dalam ruang, garis-garis medan magnetik akibat sembarang kawat
panjang, lurus, yang mengalirkan arus ternyata menyinggung suatu ligkaran yang
berjari-jari R, dengan R merupakan jarak tegak lurus dari kawat ke titik medan
tersebut. Arah B dapat ditentukan dengan menggunakan kaidah tangan kanan.
E.
Penguat Sinyal Tegangan (OP-AMP)
Sinyal
output dari sensor hall sangat kecil dan memiliki noise yang cukup besar. Untuk dapat diolah pada proses selanjutnya
misalnya sseperti input pada Analog to
Digital, maka dibutuhkan rangkaian yang mampu menguatkan sinyal tegangan
output sensor, mengatur range
tegangan dan menghasilkan sinyal linier serta bebas noise. Rangkain seperti ini disebut sebagai Op Amp.
·
Differensial
Amplifier
Differensial Amplifier
adalah suatu rangkaian penguat differensial yang memiliki kemampuan khusus
untuk menerima input dengan impedansi yang rendah, memiliki penguatan yang
stabil dan dapat dengan mudah diatur penguatannya dengan menggunakan sebuah
resistor.
Differensial Amplifier
berfungsi untuk menguatkan perbedaan input antara dua sinyal yang berbeda. Rangkaian penguat differensial
terdiri dari empat buah resistansi yang sama besar dan sebuah penguat
operasional.
·
Rangkaian Non Inverting Amplifier
Rangkaian
non inverting amplifier berfungsi
untuk merubah range tegangan menjadi
yang diinginkan. Rangkaian non inverting
amplifieri berfungsi untuk mengatur tegangan output minimum dari transduser
agar sesuai dengan tegangan yang dibutuhkan oleh rangkaian berikutnya
·
Rangkaian Penyangga (Buffer)
Rangkain
buffer berfungsi untuk menampung data
yang akan ditransfer dari atau ke perangkat masukan atau keluaran dan penyimpan
sekunder. Buffer dapat mengurangi
frekuensi pengaksesan dari atau ke perangkat masukan atau keluaran dan
penyimpan sekunder sehingga meningkatkan kinerja sistem. Buffer membuat impedansi input yang tinggi menjadi rendah dan dapat
menguatkan arus. Buffer memisahkan
atau memberdayakan sinyal sumber dari sinyal beban. Rangkaian buffer adalah rangkaian non onverting dengan gain = 1.
Gambar 8.
Rangkaian buffer
·
Absolute
Value output Circuit
Tegangan
output dari sensor dapat turun dan naik dari null voltage. Jika sensor didekatkan ke kutub negatif magnet maka
output tegangannya akan menurun. Ini menyebabkan selisih antara offset tegangan dan keluaran sensor
menjadi negatif. Absolute value output
circuit berfungsi untuk membuat output tegangan sensor tetap positif.
Rangkaian absolute value output circuiti
juga bisa berfungsi sebagai penyearah arus.
Gambar 9. Absolute value output circuit
F.
Daftar Pustaka
Suryono, R. Agus & E. S.
Jatmiko. Karakterisasi Sensor Magnetik
Efek Hall UGN3503 Terhadap Sumber Magnet dan Implementasinya pada Pengukuran
Massa. Vol 12 No 1. 2009.